Pendekatan Khusus dalam Mendukung Kesehatan Mental Mahasiswa
Kesehatan mental di kalangan remaja, khususnya mahasiswa, menjadi isu yang semakin mendapat perhatian. Masalah psikologis yang tidak segera ditangani dapat berdampak buruk pada kehidupan akademik dan sosial. Oleh karena itu, banyak institusi pendidikan kini memperkuat dukungan terhadap kesehatan mental mahasiswa.
Salah satu contohnya adalah LSPR Institute yang melakukan pendekatan inovatif untuk membantu mahasiswa mengelola masalah psikologis mereka. Mereka menyadari bahwa mahasiswa masih membutuhkan bimbingan dari berbagai pihak, termasuk orang tua, dosen, atau teman sejawat.
Toilet sebagai Titik Awal Bantuan Psikologis
Ghina Amani Kemal Gani, Executive Director LSPR Institute, menjelaskan bahwa salah satu inisiatif yang dilakukan adalah dengan memasang QR Code di setiap pintu toilet. QR Code ini terhubung langsung dengan Student Guide Office (SGO), sebuah unit yang bertugas memberikan layanan pendampingan psikologis kepada mahasiswa.
Mahasiswa yang sedang merasa galau atau memiliki masalah pikiran bisa scan QR Code tersebut untuk segera terhubung dengan SGO. Dari sana, mereka bisa langsung membuat janji konsultasi dengan psikolog. Ini menunjukkan upaya nyata dalam memberikan akses cepat bagi mahasiswa yang membutuhkan bantuan.
Usia Mahasiswa yang Semakin Muda
Prita Kemal Gani, Founder dan CEO LSPR Institute, menyoroti bahwa usia mahasiswa saat ini cenderung lebih muda dibandingkan generasi sebelumnya. Banyak mahasiswa baru yang berusia 17 hingga 18 tahun. Hal ini menuntut adanya pendampingan khusus agar mereka mampu menghadapi tantangan perkuliahan secara emosional dan psikologis.
Menurut Prita, dulu rata-rata mahasiswa mulai kuliah di usia 19 tahun, sementara sekarang banyak yang sudah masuk universitas di usia 17 tahun. Akibatnya, lulusan sarjana pun lebih muda, dengan banyak yang lulus di usia 21 atau 22 tahun. Ia menyebut bahwa generasi sekarang memiliki mental yang lebih rentan dibandingkan dulu.
Kelebihan Generasi Z dalam Menghadapi Teknologi
Meski usia muda dan hidup di era teknologi, Gen Z memiliki kekuatan yang patut diapresiasi. Salah satunya adalah sikap tolong-menolong yang tinggi. Banyak kejadian viral di media sosial yang disebabkan oleh tindakan solidaritas Gen Z.
Selain itu, Gen Z juga sangat kompak dalam menyebarkan informasi atau opini. Mereka mampu menggiring arah diskusi di media sosial, baik untuk hal positif maupun negatif. Ini menunjukkan kemampuan mereka dalam memanfaatkan teknologi secara efektif.
Layanan Pendampingan yang Menyeluruh
LSPR Institute tidak hanya fokus pada pendampingan melalui SGO, tetapi juga menciptakan peer group. Tujuannya adalah agar mahasiswa yang sedang mengalami tekanan mental tidak merasa sendirian. Forum ini memberikan ruang bagi mereka untuk saling berbagi dan mendapatkan dukungan dari sesama mahasiswa.
Dengan kombinasi layanan profesional dan dukungan sosial, LSPR Institute berkomitmen untuk menjaga kesehatan mental mahasiswa. Hal ini penting agar mereka tetap fokus dalam belajar dan tidak terganggu oleh masalah pribadi.
Penghargaan yang Mengakui Kepedulian
Kampus yang dipimpin oleh Prita Kemal Gani baru saja meraih penghargaan internasional. LSPR Institute mendapatkan peringkat pertama dunia dalam kategori Crisis Management dari World University Rankings for Innovation (WURI). Selain itu, kampus ini juga meraih peringkat kedua dalam kategori Student Support & Engagement dan ketiga dalam kategori SDG-Based Responses to Global Challenges.
Ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh LSPR Institute dalam mendukung kesehatan mental mahasiswa telah diakui secara global. Dengan inovasi dan komitmen yang kuat, kampus ini menjadi contoh bagaimana pendidikan bisa sejalan dengan perlindungan kesehatan mental.