7 Mitos tentang Generasi Z yang Terbukti Salah

Scroll Untuk Lanjut Membaca


Bangjo.co.id–

Dipelopori oleh konflik, kesenjangan, dan kadang-kadang permusuhan antar generasi, banyak pihak sudah menggambarkan pandangan yang keliru tentang Generasi Z.

Dari citra generasi pemalasan sampai ketidakinginan untuk mempunyai anak, terdapat berbagai klaim tentang Generasi Z yang sebenarnya tidak tepat.

Dilansir yourtango, berikut 7 hal yang orang-orang katakan tentang Gen Z namun sama sekali tidak akurat.


  1. Mereka malas

Sama seperti generasi sebelumnya, Generasi Z juga rawan terhadap berbagai stereotype dan stigma sosial yang mendeskripsikan nilai-nilai, ciri-ciri, serta pandangan hidup mereka secara umum.

Sebagai contoh, mereka dianggap sebagai orang yang pemalasan. Meskipun sebenarnya masih banyak aspek lain yang perlu dipertimbangkan tentang hal tersebut.

Mereka menekankan aspek-aspek seperti harmoni antara pekerjaan dan kehidupan pribadi serta tujuan dalam lingkungan kerja, yang kadang membuat orang lain kesulitan memahami dan bersimpati.


  1. Mereka tidak menyukai media cetak

Meskipun banyak orang menganggap media cetak ketinggalan zaman, para ahli berpendapat bahwa surat kabar atau majalah kembali diminati oleh banyak Gen Z dan generasi milenial.


  1. Mereka tidak ingin bekerja

Selain aspek keseimbangan antara hidup dan pekerjaan, masalah sosial, serta norma-norma dalam lingkungan kerja, preferensi Gen Z di tempat kerja umumnya jauh lebih berbeda dibandingkan dengan pendapat para pemimpin dan kolega yang lebih tua.

Mereka enggan mengorbankan kenyamanannya demi sebuah pekerjaan yang tak menyediakan upah pantas atau waktu untuk mengejar hidup pribadinya.


  1. Mereka lemah dalam pemikiran kritis.

Ketidakmampuan dalam berpikir kritis serta menyelesaikan masalah merupakan pandangan keliru yang disematkan pada Generasi Z oleh sebagian orang. Padahal, ini semua tidak sesuai dengan realitas mereka.

Bertumbuh bersama dengan perkembangan teknologi, penggunaan media sosial yang meluas, pendekatan parenting yang cenderung pelindungan berlebihan, serta metode belajar online telah memberikan dampak terhadap kemampuan generasi Z dalam melakukan analisis kritis dan menyelesaikan permasalahan.

Tetapi, hal tersebut tidak mencerminkan ciri khas generasi ini sebagai akibat dari ketidaksopanan atau pemalasannya, melainkan disebabkan oleh kondisi sekitar mereka.


  1. Mereka tak paham cara kerja alam semesta ini.

Mereka mungkin tidak mengerti bagaimana dunia dulu bekerja bagi generasi yang lebih tua atau pengalaman generasi baby boomer saat tumbuh dewasa, tetapi itu tidak berarti bahwa Gen Z tidak peduli dengan masyarakat, ekonomi, dan bahkan dunia kerja saat ini.


  1. Mereka tidak berusaha menjadi pemimpin

Walaupun sebagian besar Generasi Z kurang antusias untuk merintis karier tradisional, hal ini bukan berarti mereka kehilangan minat dalam mengambil peran sebagai pemimpin.

Mereka tak buta memilih dalam hal kesetiaan terhadap sebuah perusahaan, namun begitu mendapatkan lapangan kerja yang sesuai, mereka dengan gembira akan mengkhususkan diri di bidang tersebut.

Sebenarnya, banyak karyawan dari Generasi Z yang rela mengurangi permintaan terkait upah untuk menemukan pekerjaan yang memberikan arti dalam kehidupannya.

Hal ini memacu mereka meraih tingkat keberhasilan yang lebih tinggi, berusaha dengan waktu ekstra, serta mengeluarkan segala potensi demi menyumbang peningkatan kualitas di semua area hidupnya.


  1. Mereka enggan memiliki anak.

Menurut sebuah riset, hampir seperempat Gen Z tidak ingin punya anak. Namun, bukan hanya karena memiliki harapan dan nilai-nilai keluarga yang berbeda.

Namun, mereka kurang mampu untuk mendanai hal tersebut. Disertai dengan rasa takut terhadap perubahan politik dan sosial.

Banyak Gen Z tidak memiliki pendapatan untuk mempertimbangkan memiliki anak, apalagi melakukan investasi seperti membeli rumah atau asuransi kesehatan.

***