Dron Israel Menyerang Kapal Bantuan Kemanusian, Freedom Flotilla ke arah Gaza dekat dengan Malta
Bangjo.co.id
Sebuah kapal komersial yang mengangkut bantuan kemanusiaan ke Gaza menjadi target serangan dari drone pada jum’at dini hari ketika sedang melintasi perairan internasional di sekitar pulau Malta. Hal ini disampaikan oleh Koalisi Armada Kemerdekaan dalam sebuah pernyataan mereka.
“Jam 00:23 di Malta, salah satu kapal FreedomFlotilla ditembak oleh drone. Bagian depan kapal diserang dua kali yang menyebabkan api berkobar dan lubang bocor pada badan kapal,” ungkap koalisi tersebut.
Dia menambahkan pula bahwa “kapal itu kini berlokasi di wilayah laut internasional dekat Malta” dan sudah mengirim pesan darurat SOS.
Koalisi menyebutkan bahwa “pemerintah Malta belum merespons sinyal SOS yang berasal dari kapal humaniter swasta tersebut.”
Koalisi menuntut Malta agar mengabulkan “tanggung jawabnya untuk beraksi dan memastikan keamanan kapal-kapal komersial yang sedang terjebak dalam masalah di perairannya” sesuai dengan ketentuan dari hukum laut internasional.
Angkatan laut itu diberitakan tengah bergerak ke arah Gaza guna mengirimkan bantuan humaniter sehubungan dengan penolakan terhadap embargo Israel. Namun, pihak yang melakukan serangan menggunakan drone masih belum jelas.
Kapal Freedom Flotilla Diserang
Serangan drone milik Israel terhadap kapal bantuan yang berlayar ke Gaza di zona perairan internasional.
Serangan itu menimpa generator kapal, yang kemudian memicu api dan merusak badan kapal hingga terjadi bocor, membuat risikonya untuk karam menjadi sangat tinggi.
Sebuah drone milik Israel melancarkan serangan terhadap sebuah kapal yang mengangkut bantuan kemanusiaan menuju Jalur Gaza yang sedang konflik dan blokir ketika berada di perairan internasional dekat Malta pada hari Jumat.
Berdasarkan laporan dari Koalisi Caravan Kebebasan (FFC) yang menjadi penyelenggara misi itu, serangan ini sepertinya disengajakan untuk menembaki generator kapal, sehingga mencetuskan api dan merusak paruh depan kapal dengan skala besar hingga kapal berada dalam ancaman tenggelam.
FFC, sekelompokaktivisnon-kesewenangan yangberusahauntukmengakhirimbinganIsraelterhadappadaGaza, menyebutbahwamereka telahmenyusunorang-yanghilangbersamadenganblokirmediayangdipelakuka“untukmelindungidarisabotasepotensial”.
Kapal itu, yang baru saja berangkat saat serangan terjadi, mengangkut setidaknya 30 orang dari 21 negara asal, di antaranya adalah “figur ternama”.
Setelah insiden tersebut, kapal menerbitkan pesan darurat SOS.
Siprus Selatan mengirimi satu buah kapal tetapi FFC menyebutkan bahwa kapal itu “tidak memberikan dukungan daya listrikt vital yang diperlukan”.
Kapal tersebut mengalami pemutusan listrik dan hilangnya komunikasi dengan kapal lain, demikian tambahan dari FFC.
“Duta besar Israel harus dipanggil dan bertanggung jawab atas pelanggaran hukum internasional, termasuk blokade yang sedang berlangsung dan pemboman kapal sipil kami di perairan internasional,” kata FFC dalam sebuah pernyataan.
Kami mengharapkan Malta untuk dengan cepat menjalankan tanggung jawabnya dan memverifikasi keamanan setiap individu yang terdapat di kapal itu.
Serangan oleh Israel terjadi sekitar dua bulan setelah otoritas mencabut seluruh bentuk bantuan kemanusiaan serta barang-barang komersial menuju ke Jalur Gaza.
Munir al-Bursh, Direktur Jenderal dari Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, menyatakan bahwa blokade saat ini—yang merupakan yang terburuk sejak permulaan perang 18 bulan yang lalu—telah mendorong hampir 91% populasi atau kurang lebih dua juta orang menuju krisis gizi.
Dia mengatakan bahwa sekitar 92 persen balita dan ibu menyusui mengalami kelangkaan nutrisi serius, hal ini “mengancam langsung kesejahteraan hidup serta pertumbuhan mereka.”
Kirim Sinyal SOS
Pukul 00:23 waktu Malta, kapal-kapal dari Freedom Flotilla diserang oleh pesawat tanpa awak.
Area bagian depan kapal menjadi target sebanyak dua kali, yang menyebabkan terjadinya api serta kerusakan bocor di badan kapal.
Kapal itu sekarang berlokasi di wilayah laut internasional yang dekat dengan Malta.
Sinyal darurat SOS sudah diberikan, dan baru Cyprus Selatan yang meresponsnya dengan mengirim sebuah kapal.
Tidak ada pihak lain yang merespon terhadap insiden itu. Serangan oleh drone tanpa awak sepertinya ditujukan spesifik ke arah generator kapal, mengancam integritas struktural kapal sehingga bisa tenggelam bersama 30aktivis hak asasi manusia internasional didalamnya.
Sumber: Anadolu Agensi, Middle East Eye