Komunitas Ojol Beri Peringatan Soal Penurunan Komisi
Komunitas ojek online (ojol) menunjukkan kekhawatiran terhadap rencana penurunan komisi dari 20 persen menjadi 10 persen. Mereka menilai, perubahan ini bisa berdampak buruk pada sistem yang sudah berjalan dan mengancam keberlanjutan penghasilan para mitra pengemudi.
Para pengemudi ojol telah menyampaikan aspirasi mereka dengan melakukan aksi unjuk rasa di area Patung Kuda Monas, Jakarta Selatan, pada Kamis (17/7). Mereka mempertahankan skema komisi 20 persen karena dinilai masih layak dan mampu mendukung keberlangsungan baik bagi pengemudi maupun aplikator.
Salah satu ketua komunitas, Hadi Darsono dari URC Bekasi Bersatu, menyampaikan bahwa potongan komisi 20 persen selama ini digunakan untuk berbagai fasilitas penting seperti asuransi kecelakaan, layanan darurat 24 jam, pusat bantuan komunitas, serta pemeliharaan teknologi aplikasi.
“Kami sadar bahwa sistem yang kami nikmati sekarang tidak berdiri sendiri. Potongan komisi itu kembali ke kami dalam bentuk perlindungan dan dukungan. Kalau komisi dipaksa diturunkan drastis, siapa yang menjamin semua itu tetap ada?” ujar Hadi.
Selain itu, Indra Jaya, Ketua Driver Ojol Klender, juga menyampaikan pendapat serupa. Menurutnya, pekerjaan sebagai driver online bukan hanya tentang mengantar penumpang atau makanan, tetapi juga menjadi tulang punggung bagi banyak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang bergantung pada layanan platform digital.
“Layanan kami tidak berdiri sendiri. Mitra warung, restoran, hingga toko kelontong ikut hidup bersama kami. Kalau sistem ini diganggu, maka efeknya bisa seperti domino. Bukan cuma kami yang kena, tapi semua yang menggantungkan hidup pada ekosistem digital ini,” ucap Indra.
Sementara itu, Ruli Gunawan, Ketua Komunitas Driver Online Grab, menyoroti pentingnya keberlanjutan inovasi teknologi dan fitur keamanan yang selama ini mendukung keseharian para driver. Layanan ini tidak boleh dihilangkan demi menjaga keselamatan pengemudi.
“Kami tidak ingin kembali ke zaman sebelum aplikasi. Sekarang kami punya panic button, pelacakan real-time, bahkan akses edukasi dan bantuan hukum. Semua itu ada karena sistem ini dibiayai dari komisi. Kalau dipangkas setengahnya, bagaimana Grab atau aplikator lain bisa bertahan dan terus melindungi kami?” tegas Ruli.
Dampak Penurunan Komisi pada Ekosistem Digital
Pernyataan-pernyataan dari berbagai tokoh ojol menunjukkan bahwa mereka sangat memperhatikan dampak jangka panjang dari perubahan kebijakan tersebut. Mereka khawatir jika komisi turun, maka layanan-layanan penting yang saat ini tersedia akan terganggu.
Beberapa hal yang bisa terkena dampak antara lain:
- Asuransi kecelakaan: Fasilitas ini memberikan perlindungan finansial kepada pengemudi jika terjadi kecelakaan.
- Layanan darurat 24 jam: Memudahkan pengemudi dalam menghubungi pihak berwenang atau layanan darurat.
- Pusat bantuan komunitas: Memberikan dukungan dan solusi untuk masalah yang dihadapi pengemudi.
- Pemeliharaan teknologi aplikasi: Membantu menjaga stabilitas dan keandalan layanan aplikasi.
Mereka juga menekankan bahwa layanan digital yang tersedia saat ini adalah hasil dari investasi yang dilakukan oleh aplikator. Tanpa komisi yang cukup, kemungkinan besar inovasi dan fitur-fitur keamanan akan berkurang.
Harapan untuk Solusi yang Seimbang
Dari berbagai pandangan yang disampaikan, terlihat bahwa komunitas ojol berharap adanya solusi yang seimbang. Mereka tidak menolak perubahan sepenuhnya, tetapi ingin pastikan bahwa perubahan tersebut dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan tidak merugikan pihak-pihak yang terlibat.
Mereka juga berharap agar pihak terkait, termasuk aplikator dan pemerintah, dapat bekerja sama untuk mencari solusi yang bisa menjaga keberlanjutan sistem sambil tetap memberikan manfaat bagi pengemudi dan pelaku usaha kecil.