Scroll Untuk Lanjut Membaca

JOMBANG, bangjo.co.id Desa Jatiwates di Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, memiliki sejarah yang panjang, bahkan disebut-sebut pernah menjadi pusat pemerintahan Dinasti Isyana pada masa Mpu Sindok sekitar tahun 929 Masehi. Di wilayah yang kaya sejarah inilah, berawal sebuah kisah sederhana yang kini menjadi bagian penting dari masyarakat setempat.

Kisah ini bermula dari Musholla Al Hakam. Setelah digunakan untuk beribadah dan belajar Al-Qur’an, datanglah seorang ulama karismatik, Kyai Basyiron, pada bulan Dzulhijjah 1433 Hijriah. Kyai Basyiron, yang merupakan santri dari Kyai Ali Makrus Lirboyo, menemui Ustadz Adi dan Kyai Mahmud di Jatiwates. Beliau berpesan agar dibangun tempat tinggal sederhana untuk para santri.

Mengikuti arahan Kyai Basyiron, Ustadz Adi dan Kyai Mahmud pun meminta doa restu dari beberapa ulama terkemuka. Di antara mereka adalah Kyai Abdul Hakam Kholiq dari Tebuireng, Kyai Ghozali dari Pasuruan, dan Kyai Hanan Maksum dari Kwagean.

Dengan dukungan penuh dari keluarga Pondok Pesantren Siwalan Panji Sidoarjo dan saran dari Kyai Abdul Hakam Kholiq, langkah besar pun diambil. Pada malam Kamis Legi di bulan Dzulhijjah 1433, acara peletakan batu pertama Pondok Pesantren Al Hakam digelar. Acara bersejarah ini dihadiri oleh Kyai Abdul Hakam Kholiq sendiri dan Kyai Agus Maulana, pengasuh Pondok Pesantren Al Muhsinin Cukir. Sayangnya, Kyai Khusen Ilyas dari Mojokerto berhalangan hadir.

Berkat tekad dan kerja keras, pada September 2017, dua tempat mukim santri akhirnya selesai dan mulai ditempati. Sejak saat itu, Pondok Pesantren Al Hakam terus berkembang dan menjadi salah satu pilar pendidikan agama di Jatiwates.