JOMBANG,Bangjo.co.id — Dulu dikenal sebagai pelawak cilik, kini Dika, atau Muhammad Andyka Purnama, hadir sebagai guru tamu dalam kegiatan bertajuk “Menjadi Content Creator Autentik di Tengah Derasnya Tren Digital” yang digelar di Aula SMK Negeri 1 Jombang, Rabu (31/07/2025).
Dika tampil sepanggung dengan mentor sekaligus partner kreatifnya, Cak Silo, untuk membagikan pengalaman di dunia konten digital.
Tak sendirian, acara ini juga menghadirkan Nano, pemilik channel Nano Bukan Permen, serta Bayu Anggara, manajer sekaligus guru SD Dika yang pertama kali melihat bakatnya di dunia lawak.
Kini duduk di bangku kelas 11 SMK Negeri 1 Jombang, Dika membagikan perjalanannya membangun karakter pelawak yang apa adanya.
“Content creator yang autentik itu sesuai karakter kita sehari-hari. Tidak perlu dibuat-buat. Seperti saya yang awalnya memerankan karakter anak kecil yang apa adanya,” ujar Dika.
Pelawak kawakan tenar Se-Jawa Timur, Cak Silo, turut mengapresiasi bakat Dika yang dinilainya punya daya improvisasi tinggi.
“Waktu pertama ketemu, saya tahu Dika ini beda. Dia cepat nyambung, mudah diajak improvisasi. Produksi kami jarang pakai naskah. Hanya benang merah cerita, sisanya improvisasi,” ungkap Cak Silo.
Ia menambahkan, kebiasaan produksi tanpa naskah justru memudahkan mereka saat tampil dadakan, termasuk dalam acara off-air.
“Improvisasi itu bikin kami fleksibel di panggung. Bahkan waktu syuting film bareng Bayu Skak, tim kami juga dibiarkan bebas ngembangin adegan,” timpal Dika.
Saat ditanya apakah gaya produksi seperti miliknya masih relevan dengan generasi K-pop saat ini, Cak Silo menjawab diplomatis.
“Semua bisa diadopsi, tinggal disesuaikan dengan tren. Dulu saya campursari, sekarang bisa digabung dengan yang sedang viral.”
Ia pun menyampaikan pesan kepada para siswa agar tidak sekadar ikut-ikutan, tapi kreatif dan ikhlas menjalani proses sebagai content creator pemula.
Dika menambahkan, di balik ekspektasi tinggi menjadi YouTuber, ada proses panjang yang sering diabaikan.
“Kelihatannya gampang, padahal banyak yang hanya mau hasil tanpa mau merintis. Padahal, jadi perintis itu justru asyik,” ucapnya disambut gelak tawa.
Nano, pemilik channel Nano Bukan Permen, menekankan pentingnya start small dan fokus pada proses.
“Mulai saja dulu. Jangan tunggu sempurna. Dika dulu juga banyak diam waktu awal, tapi dia terus belajar sampai bisa mengimbangi,” katanya.
Sementara itu, Bayu Anggara, yang kini menjadi manajer Dika sekaligus orang yang pertama kali menemukan bakatnya, menyarankan agar ide konten tidak dicomot mentah-mentah.
“Pintar-pintarlah mencari ide menarik. Cara paling mudah itu mengikuti tren yang sedang viral, tapi dibungkus dengan karakter khas kita,” ujarnya.
Acara ini merupakan bagian dari program tahunan Guru Tamu yang wajib diikuti oleh siswa kelas 11 dan 12 Jurusan Bisnis Digital. Menurut Ketua Kompetensi Keahlian (K3) Fatihatin, kegiatan ini dirancang untuk menjembatani dunia pendidikan dengan dunia industri digital.
“Kami ingin siswa memahami bahwa bisnis digital itu tak hanya soal jualan online, tapi juga bagaimana menjadi content creator, bahkan YouTuber,” jelasnya.
Sebagai penutup kegiatan, para siswa ditantang membuat video promosi sekolah secara berkelompok. Hasil karya akan dinilai langsung oleh Dika, Cak Silo, Nano, dan Bayu Anggara, dan karya terbaik akan mendapatkan penghargaan.
“Harapannya siswa bisa menerapkan ilmu yang didapat dan menyadari potensi besar dunia konten digital di masa depan,” pungkas Fatihatin.(*)