Negosiasi Tarif Trump: Indonesia Siap Tingkatkan Impor Energi dari AS untuk Mengamankan Kesepakatan

Scroll Untuk Lanjut Membaca


JAKARTA, Bangjo.co.id

– Pihak berwenang mengusulkan kenaikan impor energi dari Amerika Serikat (AS) sebagai langkah negosiasi terhadap tariff perdagangan negeri tersebut.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa Indonesia bersiap untuk meningkatkan impor LPG, minyak biji-bijian, serta bensin dari Amerika Serikat.

“Dalam diskusi mereka kemarin antara delegasi Indonesia dan USTR serta Menteri Perdagangan, beberapa poin diajukan oleh Indonesia. Sebagaimana telah dinyatakan dalam surat formal tersebut, Indonesia berencana untuk menambah impor sumber daya energi dari Amerika Serikat,” jelas Airlangga saat memberikan keterangan pada konferensi pers daring hari Jumat (18/4/2025).

Indonesia juga bertekad untuk membeli hasil pertanian dari Amerika Serikat, seperti gandum, kedelai, dan tahu. Di samping itu, pengimportan peralatan produksi pun akan dinaikkan.

Pemerintah pun menghadirkan izin yang lebih mudah serta imbalan untuk perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang sudah aktif di Indonesia.

Indonesia mengusulkan kerjasama di bidang manajemen mineral penting (critical minerals). Proses impor barang-barang dari Amerika Serikat, seperti hasil hortikultura, pun bakal diringkas caranya.

Kolaborasi bersama Amerika Serikat akan ditingkatkan pada bidang investasi, pembinaan tenaga kerja, serta sektor perbankan dan finansial.

“Jelas bahwa Indonesia juga menyinggung tentang layanan keuangan yang lebih berpotensi menguntungkan negara Amerika Serikat,” kata Airlannga.

Sektor Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkapkan niat untuk menambah impor LPG senilai hingga 10 miliar dolar AS yang setara dengan kira-kira Rp168 triliun (dengan asumsi nilai tukar rupiah adalah Rp16.800 per dolar AS).

Peningkatan impor minyak serta LPG diterapkan guna menyamakan neraca perdagangan antara Indonesia dan AS, yang sebelumnya mengalami kelebihan di pihak Indonesia.

“Petunjuk dari Bapak Presiden Prabowo kepada kami adalah mencari tahu komoditas lain apa lagi yang dapat kita beli di Amerika Serikat. Kami dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyarankan untuk mengimpor bagian tertentu dari minyak serta menambah kuota impor LPG, jumlahnya kira-kira melebihi 10 miliar dolar AS,” jelas Bahlil ketika ditanyai oleh media di JCC Senayan, Jakarta pada hari Selasa tanggal 15 April 2025.

Tindakan ini dilakukan sebagai tanggapan terhadap keputusan tariff tinggi Amerika Serikat atau tariff Trump, yang menerapkan bea masuk pengembalian setara 32% kepada produk-produk Indonesia.

Sejauh ini, mereka menetapkan tarif yang tinggi untuk negara-negara yang memiliki defisit perdagangan dengan mereka, termasuk Indonesia.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa neraca perdagangan non-minyak dan gas antara Indonesia dan Amerika Serikat mencatatkan surplus sebesar 16,84 miliar dolar AS di tahun 2024.

Pemerintah ingin menyeimbangkan neraca dagang agar AS tidak terus mengalami defisit dalam perdagangan dengan Indonesia.