Bangjo.co.id
– Pada hari ini, Jumat (2/5), musim haji untuk calon jemaah asal Indonesia secara resmi dimulai. Kloter pertama sudah tiba di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz yang terletak di Madinah, dan mereka kini sedang dalam perjalanan ke hotel masing-masing.
Akan tetapi, di samping tekad untuk memulai perjalanan rohani ini, terdapat berbagai rintangan signifikan yang harus dilalui, seperti suhu ekstrem yang sangat panas dan kering dapat membahayakan kesejahteraan para peziarah sejak awal petualangan. Hal tersebut akan bertahan hingga hari-hari mendatang dengan suhu melebihi 38 derajat Celsius dan mungkin naik sampai 42 derajat.
Wakil Direktur Klinik Kesehatan Haji Indonesia di Madinah, dr. Yuni Anisa W., Sp.PD, menekankan bahwa dehidrasi merupakan bahaya yang kerap kali terabaikan. Banyak calon jamaah haji merasa tidak membutuhkan air minum karena mereka tidak merasakan dahaga, namun tubuh mereka sesungguhnya sedang mengalami defisit cairan.
Oleh karena itu, menurut Dr. Yuni, seseorang tidak harus menunggu sampai merasa haus untuk meminum air. Dia mengusulkan supaya para jamaah minum air dengan teratur, minimal satu cangkir atau 200 ml tiap jam.
Meskipun demikian, dia menyatakan bahwa hanya minum air putih saja tidak mencukupi. Untuk tetap menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, diperlukan juga elektrolit, terlebih saat berada pada cuaca panas atau melakukan aktifitas fisik yang intens. Sebaiknya para jemaah membawa oralit. Namun jika tidak tersedia, mencampurkan air dengan sejumlah kecil gula dan garam dapat menjadi alternatif untuk mengganti elektrolit yang keluar melalui keringat.
Tidak hanya dengan memastikan konsumsi cairan yang cukup, para jamaah pun harus mencegah diri mereka terpapar sinar matahari secara langsung. Dokter Yuni menyarankan beberapa tindakan mudah seperti memakai topi atau payung, menggunakan masker, serta mengaplikasikan pelembab bibir untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kehilangan kelembaban pada kulit.
Dia pun merekomendasikan agar jamaah terkadang menyemprotkan air pada wajah atau leher guna membantu mengurangi temperatur badan.
Pada saat beribadah, banyak jamaah sering kali tidak memperhatikan rasa letih ataupun petunjuk awal dehidrasi. Sebenarnya, indikator seperti merasa lesu, sakit kepala, ingin muntah, bahkan bicara yang semakin tak masuk akal dapat menandakan bahwa tubuh sedang kurang asupan air.
Apabila tanda-tandanya muncul, para jamaah diminta untuk langsung memberitahu petugas kloter atau tim medis terdekat. “Kita siap membantu di KKHI, namun pencegahan merupakan hal utamanya. Jangan menunggu sampai parah baru datang ke klinik,” kata Dr. Yuni.
Dia pun mengusulkan supaya para jamaah tidak terburu-buru melakukan aktivitas berat sesaat setelah perjalanan jauh. Meluangkan waktu bagi tubuh untuk penyesuaian merupakan elemen penting dalam merawat kekuatan sehingga pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan secara maksimal. Pada dasarnya, ibadah yang dikerjakan saat kesehatan prima akan menjadi lebih damai serta bernilai tinggi.
Suhu cuaca di Madinah pada hari ini diketahui mencapai lebih dari 41 derajat Celsius. Mengingat tingginya temperatur tersebut, potensi terjadinya serangan panas dan dehidrasi parah dapat bertambah.
Karena itu, pendidikan tentang kesehatan pada masa-masa awal kedatangan amatlah vital. Tim KKHII mengharapkan semua jemaah akan dimulainya musim haji kali ini dengan pemahaman untuk selalu menjaga agar tubuh tetap terhidrasi, dilindungi dari cuaca panas, serta dapat berkomunikasi dengan petugas medis setiap saat jika dibutuhkan.